Artificial Intelligence Chatbot atau chatbot AI adalah program komputer yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan percakapan dengan manusia melalui pesan teks, suara, atau bahkan video. Chatbot AI memiliki kemampuan untuk memahami bahasa manusia dan memberikan respons yang sesuai. 

Chatbot yang digunakan dalam aplikasi dan layanan online semakin canggih dan semakin mirip dengan interaksi manusia. Belakangan teknologi ini mengalami perkembangan yang signifikan dan pengguna yang semakin luas khususnya dalam bidang penelitian dan riset. Kamu sudah tahu kalau ternyata teknologi ini juga dapat mendukung penelitian? Yuk baca ulasan peran AI dalam penelitian berikut ini!

Perang Teknologi AI: Google Lambda vs Microsoft ChatGPT 

Google v Microsoft: who will win the AI chatbot race?” merupakan salah satu tajuk menarik dari apa yang dituliskan TheGuardian.com, sebuah kantor berita ternama asal UK. Tajuk ini memang muncul bukan tanpa alasan, beberapa waktu lalu untuk merespon masif nya penggunaan ChatGPT dirintis oleh OpenAi dan didukung oleh raksasa teknologi microsoft dalam waktu dekat.  Hal ini membuat salah satu raksasa teknologi lainnya yaitu Alphabet (induk dari google) menjadi tidak mau kalah dalam menggenjot teknologi yang serupa. 

Perlombaan ini memang bisa dibilang cukup strategis untuk diikuti. Mengapa? Karena pasti akan membawa impact yang cukup besar baik untuk IPTEK maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya adalah bidang penelitian dan RISET. Sebuah bidang yang dikenal sebagai area yang sangat heavy thinking. Penelitian dan riset ini menjadi salah satu bidang yang cukup diuntungkan dengan perkembangan menakjubkan dari kecerdasan buatan. Hal ini membuat kerja seorang peneliti bisa diringankan dengan berbagai bantuan yang dapat dilakukan oleh AI itu sendiri.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di Nature.com, yang berjudul “What ChatGPT and generative AI mean for science Researchers are excited but apprehensive about the latest advances in artificial intelligence.” Dalam artikel tersebut dijelaskan tentang bagaimana salah satu contoh konkrit penggunaan dalam melakukan peningkatan kualitas bahasa yang digunakan untuk menulis sebuah manuskrip artikel ilmiah. 

Artificial intelligence chatbot dengan efektif dan efisien mengotak-atik dan mengubah susunan manuskrip. Susunan yang sebelumnya panjang dapat dijadikan pendek tanpa banyak mengubah arti dan maksud sebenarnya dari tulisan artikel tersebut. Kasus tersebut dapat menjadi contoh bahwa AI dapat berperan banyak, bahkan bisa lebih dari yang telah kita bayangkan sebelumnya.  Lalu hal apa saja yang dapat AI lakukan secara positif untuk membantu para peneliti?

Baca Juga: ChatGPT Open AI dan Layanan Artificial Intelegent, Baik atau Buruk untuk Dunia Akademisi?

Peran Artificial Intelligence dalam Penelitian

Peran utama AI adalah sebagai asisten dan konsultan dalam melakukan perumusan dan perencanaan ide penelitian, dengan kemampuan pengetahuan yang terbatas dari manusia membuat peran AI sangat vital dalam menyediakan banyak gudang pengetahuan. AI dapat membantu para peneliti dalam merumuskan dan merencanakan penelitian dengan cara:

  1. Identifikasi tren dan pola: AI dapat menganalisis data sejarah dan mengidentifikasi tren dan pola yang mungkin tidak terlihat oleh manusia. AI juga dapat membantu para peneliti dalam menentukan topik penelitian yang penting dan relevan.
  2. Analisis literatur: AI dapat membantu para peneliti dalam menganalisis dan memilah-milah literatur yang ada. Selian itu, AI juga dapat mempermudah mereka menemukan sumber informasi yang relevan dan mempercepat proses penelitian.
  3. Rekomendasi metodologi: AI dapat membuat rekomendasi metodologi yang sesuai untuk penelitian yang direncanakan. AI juga dapat membantu para peneliti membuat keputusan yang tepat dan mempercepat proses penelitian.
  4. Peramalan hasil: AI dapat membuat peramalan hasil berdasarkan data sejarah dan model yang diterapkan. AI dapat membantu para peneliti memahami apa yang mungkin terjadi selama proses penelitian dan mengambil tindakan yang tepat.

Namun, penting untuk diingat bahwa artificial intelligence chatbot hanya sebagai alat bantu dan tidak dapat menggantikan kecerdasan, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis para peneliti. AI harus digunakan sebagai alat untuk membantu dan mempercepat proses penelitian, bukan sebagai pengganti untuk para peneliti itu sendiri. 

Berbagai hal tersebut membuktikan bahwa peran AI cukup menarik untuk diikuti perkembangannya. Kemampuan manusia untuk beradaptasi terhadap fenomena ini tentu akan menentukan bagaimana kehidupan manusia tidak seperti yang dibayangkan pada film-film fiksi ilmiah yang menceritakan tentang kehidupan manusia dikontrol dan didikte oleh seperangkat kecerdasan buatan.

Baca Juga: Mengenal Metaverse: Pengertian dan Aktivitas Yang Bisa Dilakukan