Toxic positivity adalah tren yang sangat umum dalam masyarakat kita saat ini, di mana orang-orang menekankan pentingnya menjaga pikiran positif dan mengabaikan perasaan yang sebenarnya. Ini bisa menjadi sangat merugikan bagi kesehatan mental dan membatasi kapasitas untuk mengatasi masalah dengan cara yang sehat dan efektif.
Tapi, kamu pernah ga sih selalu mencoba berpikir positif ketika ada masalah menimpa kamu? Atau ketika kamu sebenarnya ingin menangis tapi tapi tetap menahan air matamu jatuh? Kamu terus memaksa pikiranmu bahwa ada hal yang punya nasib lebih jatuh dari kamu?
Hati-hati! Tidak selamanya perasaan positif itu harus selalu dinomorsatukan. Berpikiran positif bisa menjadi toxic jika kamu tidak menempatkannya di situasi dan kondisi yang tepat. Simak penjelasan mengenai apa itu toxic positivity dan bagaimana cara menguranginya.
Apa itu Toxic positivity?
Toxic positivity adalah konsep di mana seseorang menghindari atau mengecilkan perasaan dan emosi negatif. Seseorang ini akan selalu berusaha menjaga pemikiran dan perilaku positif secara terus-menerus. Hal ini sering dilakukan dengan mengatakan frasa seperti “aku harus pikirkan positif” atau “aku ga boleh sedih karena banyak orang lain yang kurang dari aku”. Mereka bahkan tidak memperhitungkan bahwa emosi negatif juga merupakan bagian normal dari pengalaman manusia. Emosi negatif juga dapat membantu kita mengatasi masalah dan menumbuhkan pemahaman diri.
Apa saja fakta tentang kondisi ini?
Ada 5 fakta yang kamu harus tahu tentang toxic positivity. Mungkin bahkan kamu tidak sadar bahwa kamu telah mengendapkan kondisi ini jauh di dalam diri kamu. Ini dia faktanya:
Fakta 1: Menghilangkan emosi negatif
Toxic positivity memaksa seseorang untuk menghilangkan atau mengabaikan emosi negatif mereka, seperti kemarahan, kecewa, sedih, dan takut. Sehingga ketika kamu mulai merasa bahwa perasaan negatif adalah hal yang sangat dilarang untuk kamu tunjukkan. Tandanya kamu mulai mengalami kondisi toxic positivity ini.
Fakta 2: Menekan perasaan
Toxic positivity dapat membuat kamu merasa tertekan karena merasa tidak bisa mengungkapkan perasaan negatif yang kamu miliki. Atau bahkan merasa tidak diterima untuk melakukan hal tersebut.
Fakta 3: Tidak realistis
Toxic positivity seringkali memaksa orang untuk berpikir positif tanpa memperhitungkan situasi mereka atau lingkungan sekitarnya, yang mungkin tidak realistis. Kamu akan berpikir bahwa hidupmu berjalan seperti seorang princess di sinetron yang jarang mendapati atau memiliki emosi negatif.
Fakta 4: Merugikan kesehatan mental
Dalam hal ini, toxic positivity dapat berdampak buruk pada kesehatan mental karena membuatmu merasa tidak diterima karena tidak dapat memelihara pemikiran positif secara terus-menerus. Pada akhirnya, hal tersebut membuat kamu merasa tertekan karena tidak dapat memproses perasaan negatif yang kamu punya dengan benar.
Fakta 5: Tidak memberikan solusi
Toxic positivity lebih sering menekankan pada perasaan positif tanpa memberikan solusi atau cara untuk mengatasi masalah atau kesulitan yang mungkin kamu alami.
Baca Juga: Cara Mengatasi Overthinking untuk Hidup Lebih Santai
Apa penyebabnya?
Ketika kamu mengalami toxic positivity, kamu mungkin tidak sadar telah melakukannya. Lima penyebab toxic positivity antara lain:
Penyebab 1: Kultur positif
Dalam budaya modern, bahkan dalam keadaan lingkungan kamu sehari-hari, seringkali ada tekanan untuk selalu bersikap positif dan optimis. Hal tersebut dapat membuatmu merasa bahwa kamu harus menghindari perasaan dan emosi negatif itu setiap saat.
Penyebab 2: Ketidakmampuan untuk mengatasi perasaan negatif
Bagi beberapa orang, mungkin mereka merasa tidak nyaman dengan perasaan negatif dan tidak tahu bagaimana mengatasinya, sehingga mereka mencoba untuk mengatasinya dengan mengabaikan atau mengecilkan perasaan tersebut.
Penyebab 3: Kebiasaan pemikiran
Kamu mungkin memiliki kebiasaan berpikir positif yang sangat kuat, yang membuatmu kesulitan untuk menerima perasaan negatif diri kamu sendiri dan orang lain.
Penyebab 4: Kurangnya dukungan sosial
Bisa jadi kamu merasa tidak memiliki orang yang dapat kamu ajak berbicara tentang perasaan negatif itu, sehingga kamu mencoba untuk mengatasi masalah dengan mengabaikan perasaan negatif.
Penyebab 5: Trauma masa lalu
Jika kamu memiliki pengalaman traumatis di masa lalu, kamu mungkin berusaha mengatasi perasaan negatif dengan mengabaikan atau mengecilkan perasaan tersebut, sebagai bagian dari mekanisme pembelaan.
Bagaimana cara mengurangi Toxic positivity dalam diri?
Lalu, cara apa saja yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi keadaan dan kondisi toxic positivity yang terlanjur menjalai diri? Di bawah ini 5 cara yang bisa kamu terapkan:
Cara 1: Menerima perasaan negatif
Pertama, penting untuk menerima bahwa perasaan negatif adalah bagian normal dari pengalaman manusia. Hal ini membantu kamu mengurangi tekanan untuk selalu bersikap positif dan memungkinkan untuk memproses perasaan negatif dengan cara yang sehat dan efektif.
Cara 2: Belajar mengatasi perasaan negatif
Kedua, belajar bagaimana mengatasi perasaan negatif dengan cara yang sehat. Kamu bisa melakukan beberapa aktivitas seperti berbicara dengan orang yang kamu percaya, menulis jurnal, atau melakukan aktivitas relaksasi seperti yoga atau meditasi.
Cara 3: Mencari dukungan sosial
Kamu perlu untuk mencari dukungan dari orang-orang yang kamu percaya yang dapat memahami perasaan bahwa kamu sedang merasa tidak baik-baik saja. Melakukan hal tersebut dapat membantu kamu merasa bahwa kamu diterima dan memiliki tempat untuk berbicara terkait perasaan negatif yang kamu rasakan.
Cara 4: Menghormati perasaan orang lain
Selanjutnya adalah belajar untuk menghormati perasaan orang lain. Meskipun prang lain memiliki perasaan yang berbeda denganmu, kamu harus tetap menyemangati dan menghormatinya. Hal ini membantu mengurangi tekanan untuk selalu bersikap positif dan memungkinkanmu memahami perasaan orang lain dengan lebih baik.
Cara 5: Menemukan keseimbangan
Terakhir, penting untuk menemukan keseimbangan antara pemikiran positif dan negatif. Keadaan ini dapat membantumu menghormati perasaan negatif yang sedang kamu rasakan dan memprosesnya dengan cara yang sehat, sambil tetap menjaga keseimbangan emosional dan mental.
Hal yang perlu diingat dalam toxic positivity adalah meskipun berpikiran positif perlu dimiliki, namun kamu juga perlu mengekspresikan perasaan yang kamu miliki di saat yang tepat. Tidak apa untuk memiliki rasa sedih, ingin menangis, atau bahkan merasa kamu sedang tidak baik-baik saja. Jangan sampai, pikiran positif yang kamu punya dan kamu pasang setiap saat malah jadi boomerang untuk kamu sendiri dan menumbuhkan kondisi toxic positivity dalam diri kamu.
Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Harus Berpikir Positif Dalam Kehidupan Sehari-hari















